Makassar – Bahan Bakar Minyak (BBM) Saat ini memiliki jenis yang beragam di pasaran, tetapi seringkali kita tidak sadar dan hanya memilih berdasarkan harga termurah. Padahal, nyatanya pilihan penggunaan bahan bakar dengan pertimbangan ekonomis rupanya bisa membuat kendaraan kita jadi lebih boros.

Baca Juga : Hasrul Hasan Sebut Masih Banyak Blackspot Potensi Siaran Tidak Sehat di Sulsel

Bahkan, pemilihan serta penggunaan bahan bakar dengan oktan rendah yang tidak sesuai jenis kendaraan rupanya dapat berakibat fatal terutama kerusakan pada mesin.

Hal tersebut diungkapkan oleh salah seorang instruktur mekanik, Muhammad Arief Munafri, yang telah memiliki pengalaman selama 5 tahun bergelut di dunia perbengkelan mengungkap beberapa fakta kondisi mesin yang ia temui seringkali dalam keadaan memperihatinkan. Padahal, pemakaiannya masih baru dan kurang dari 5 tahun.

Perlu diketahui, bahwa kualitas bahan bakar khususnya jenis bensin atau gasoline dilihat dari angka oktannya atau biasa disebut dengan RON (Research Octane Number).

Jika semakin tinggi nilai oktan, maka semakin baik pembakarannya untuk mesin kendaraan dan semakin sedikit menghasilkan emisi gas buang kendaraan.

Untuk BBM jenis gasoline saat ini di pasaran terdapat RON 88 Premium atau setara, RON 90/91 Pertalite atau setara, RON 92 Pertamax atau setara, RON 95/98 Pertamax Turbo atau setara.

Mekanik Bengkel Honda Sanggar Laut Group Kota Makassar, Arief, mengatakan bahwa saat ini konsumen seharusnya cermat dalam memilih bahan bakar, karena telah banyak keluhan dari pelanggan Ia dapatkan dengan mobil bermasalah di awal tahun pemakaian karena memakai bahan bakar yang tidak sesuai dengan spesifikasi kendaraan.

“Pelanggan awam paham mengisi bahan bakar, tapi tidak paham apa yang buat mobil bisa jalan dengan performa maksimal dan bikin awet mesin kendaraan,” kata Arief kepada media, Selasa (14/9/2021).

Lanjut Arief, menungkapkan bahwa pertimbangan memilih bahan bakar itu sebetulnya krusial, lebih baik menambah sedikit rupiah demi kualitas jangka panjang kendaraan.

“Misal kita pilih premium. Saat ini kita hemat, hemat diawal tapi boros di akhir. Lebih baik kita sedikit menambah rupiahnya tapi kualitas kita dapat jangka panjang,” terangnya.

Selain itu, Arief membeberkan bahwa pabrikan kendaraan produksi tahun 2000an ke atas memiliki mesin yang berbeda dengan kendaraan produksi dulu. Begitupun jenis bahan bakar yang cocok bagi kendaraan yang saat ini merekomendasikan penggunaan bahan bakar tanpa timbal dengan minimal RON 91 yang tertera di spesifikasi kendaraan.

Arief menambahkan, bahwa penggunaan bahan bakar dengan oktan yang lebih rendah rupanya bisa membuat kendaraan kita lebih boros.

“Dalam 1 liter yang sama dan kondisi rute luar kota pada perjalanan bebas hambatan, penggunaan Premium (Oktan 88) hanya mampu menjangkau 15 km per liter, sedangkan Pertamax (Oktan 92) bisa 20 km per liter untuk mesin kendaraan 1.500 cc. Ini akibat pembakaran dalam mesin lebih sempurna,” ujar Arief.

Menurut Arief, ada beberapa titik atas dalam ruang pembakaran bahan bakar. Piston seharusnya sisa 10,3 derajat dari titik atas, yaitu hampir mendekati titik atas, bahan bakar baru boleh meledak. Itulah kondisi ideal agar saat piston bergerak ke bawah dapat menghasilkan tenaga untuk kendaraan.

“Kalau pakai bahan bakar oktan rendah (Premium) karena meledak duluan, piston baru bergerak belum sampai titik atasnya, sudah disuruh mundur. Itulah yang membuat kenapa kita pakai bensin boros,” ungkap Arief.

Demikian dikarenakan bahan bakar belum waktunya terbakar, akan tetapi kenyataannya penggunaan BBM Oktan Rendah belum sampai ke atas, pistonnya sudah terbakar.

Hal tersebut membuat tenaga maksimal dan irit tidak bisa dicapai. Sejatinya sifat bakar bakar yang oktannya tinggi dalam hal ini Pertamax, itu sesuai timing dengan mesin sehingga performa mesin dan keiritan bahan bakar dapat dicapai.

Dengan bersemangat Arief menjelaskan, bahwa ia dan rekan-rekan mekanik lainnya sering menangani mesin yang mengalami penumpukan kerat karbon akibat kesalahan dalam memilih bahan bakar.

“Kami sering menangani busi yang hitam dan kerak pada mesin akibat salah penggunaan bahan bakar,” tuturnya.

Ia juga menambahkan apaba jika hasil pembakarannya hitam, itu berarti menunjukkan penggunaan bahan bakar yang boros.

“Kalau piston sudah hitam sekali berarti oktannya tidak sesuai karena meledak duluan, dia terbakar duluan jadinya menimbulkan kerak-kerak hitam,” imbuh Arief.

Bahkan menurut Arief, akan ada beberapa kejadian yang salah satu faktornya adalah kesalahan penggunaan BBM tidak sesuai spesifikasi kendaraan menyebabkan kendaraan turun mesin sebelum waktunya.

“Kalau sudah turun mesin, kira-kira taksiran biayanya untuk enggantian sparepart yang orisinil di bengkel resmi apabila tidak parah bisa merogoh kocek sampai 15 juta . Kalau kondisinya parah, biaya yang dikeluarkan bisa mencapai 30 juta,” tambahnya.

Terkahir, Arief menghimbau para pengguna kendaraan untuk mempertimbangkan dengan bijak dalam mimilih dan menggunakan bahan bakar.

“Kuncinya jangan sampai bahan bakar yang kita pakai dibawah spesifikasi bahan bakar kendaraan kita. Minimal pas atau lebih tinggi lebih baik. Angka oktan minimum kendaraan dapat dilihat di kaca bagian belakang mobil atau buku manual kendaraan baik motor atau mobil. Kalau kita menggunakan bahan bakar yang sesuai berarti kita menentukan jangka panjang keawetan mesin kendaraan kita.  Tapi kalau kita menggunakan BBM oktan rendah, berarti kita sudah harus siap dengan biaya-biaya yang besar dikemudian hari,” ucapnya.

Sementara itu, Area Manager Communcation, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga* Regional Sulawesi Subholding Commercial & Trading, Laode Syarifuddin Mursali, mengatakan bahwa masyarakat kota-kota besar di Sulawesi pun telah membutuhkan BBM Ramah Lingkungan berkualitas dengan RON tinggi seperti Pertalite dan Pertamax terlihat dari tren konsumsi BBM khususnya jenis bensin atau gasoline hingga Agustus 2021.

Laode menjelaskan, bahwa secara proporsi penggunaan BBM berkualitas seperti Pertalite, Pertamax dan Pertamax Turbo di Makassar sendiri sudah mencapai 88% dibandingkan konsumsi Premium di kisaran 12%.

Saat ini, proporsi konsumsi total untuk BBM berkualitas dibandingkan konsumsi Premium di kota – kota besar lainnya juga telah sangat tinggi seperti Kota Gorontalo sudah mencapai 91%, Kendari 92%, Kabupaten Gorontalo 94%, Manado 95% dan bahkan Palu mencapai 98%.

Lanjut Laode, mengungkapkan bahwa kebanyakan pabrikan kendaraan sekarang sudah menyarankan penggunaan BBM RON 92 setara Pertamax. Selain menjadi rekomendasi karena teknologi mesin kendaraan sekarang yang telah injeksi dan turbo, BBM oktan tinggi ini nantinya membuat mesin memiliki pembakaran yang sempurna sehingga akan lebih ramah lingkungan karena emisi gas buang dapat diminimalisir dan lebih irit.

“Produk Pertamax ini punya teknologi Pertatec (Pertamina Technology) yang dirancang untuk melindungi mesin yang membuat bahan bakar mampu membersihkan endapan kotoran pada bagian mesin 3x lebih baik dan memberishkan endapan kotoran pada bagian injector sehingga mengoptimalkan pembakaran dan konsumsi bahan bakar,” terangnya.