Data menunjukkan bahwa banyak orang beralih profesi menjadi sopir online di tengah kesulitan lapangan kerja akibat kelesuan ekonomi. Dampak dari robotaxi menimbulkan kekhawatiran baru bagi para pekerja tersebut.

Pada bulan Juli, pertanyaan tentang kehilangan pekerjaan akibat robotaxi menjadi viral di media sosial. Banyak yang bertanya apakah kendaraan tanpa awak akan mengancam pekerjaan para sopir taksi.

Liu dan sopir online lainnya juga khawatir tentang masuknya sistem Full Self-Driving (FSD) milik Tesla ke China. Sedangkan Wang Guoqiang (63 tahun) melihat ancaman besar dari inovasi teknologi ini.

“Ride-hailing adalah pekerjaan untuk kelas bawah,” kata dia.

“Jika Anda membunuh industri ini. Apa yang tersisa bagi kami?” ia bertanya.

Para pakar ekonomi menyatakan bahwa meskipun pekerjaan otomatisasi akan berdampak positif bagi ekonomi China dalam jangka panjang, namun inovasi harus mempertimbangkan dampak disrupsi terhadap masyarakat.

“Pada jangka pendek, harus ada keseimbangan antara kecepatan inovasi, penciptaan lapangan kerja baru, dan kehancuran pekerjaan lama,” kata Tang Yao, associate professor ekonomi di Peking University.

“Kita tidak perlu selalu mengejar kecepatan, karena kita sudah memimpin,” ujarnya.