Hal tersebut membuat tenaga maksimal dan irit tidak bisa dicapai. Sejatinya sifat bakar bakar yang oktannya tinggi dalam hal ini Pertamax, itu sesuai timing dengan mesin sehingga performa mesin dan keiritan bahan bakar dapat dicapai.

Dengan bersemangat Arief menjelaskan, bahwa ia dan rekan-rekan mekanik lainnya sering menangani mesin yang mengalami penumpukan kerat karbon akibat kesalahan dalam memilih bahan bakar.

“Kami sering menangani busi yang hitam dan kerak pada mesin akibat salah penggunaan bahan bakar,” tuturnya.

Ia juga menambahkan apaba jika hasil pembakarannya hitam, itu berarti menunjukkan penggunaan bahan bakar yang boros.

“Kalau piston sudah hitam sekali berarti oktannya tidak sesuai karena meledak duluan, dia terbakar duluan jadinya menimbulkan kerak-kerak hitam,” imbuh Arief.

Bahkan menurut Arief, akan ada beberapa kejadian yang salah satu faktornya adalah kesalahan penggunaan BBM tidak sesuai spesifikasi kendaraan menyebabkan kendaraan turun mesin sebelum waktunya.

“Kalau sudah turun mesin, kira-kira taksiran biayanya untuk enggantian sparepart yang orisinil di bengkel resmi apabila tidak parah bisa merogoh kocek sampai 15 juta . Kalau kondisinya parah, biaya yang dikeluarkan bisa mencapai 30 juta,” tambahnya.

Terkahir, Arief menghimbau para pengguna kendaraan untuk mempertimbangkan dengan bijak dalam mimilih dan menggunakan bahan bakar.

“Kuncinya jangan sampai bahan bakar yang kita pakai dibawah spesifikasi bahan bakar kendaraan kita. Minimal pas atau lebih tinggi lebih baik. Angka oktan minimum kendaraan dapat dilihat di kaca bagian belakang mobil atau buku manual kendaraan baik motor atau mobil. Kalau kita menggunakan bahan bakar yang sesuai berarti kita menentukan jangka panjang keawetan mesin kendaraan kita.  Tapi kalau kita menggunakan BBM oktan rendah, berarti kita sudah harus siap dengan biaya-biaya yang besar dikemudian hari,” ucapnya.